Senin, 23 April 2012

Akrab Dengan Ketidaknyamanan

Rasa-rasanya alam bawah sadar kita sudah terbiasa dengan ketidaknyamanan-ketidaknyaman yang kita rasakan. Sebut saja : ketika berangkat atau pulang kerja, kendaraan penuh sesak entah itu bis kota, kereta api, angkot bahkan busway; yang berkendara harus berkonsentrasi mati-matian menghindari lubang di mana-mana yang kadang-kadang tertutupi genangan air, belum lagi kemacetan yang menghabiskan tenaga, biaya dan waktu dengan percuma; semua serba antri berpanjang-panjang mengular-ular ketika membayar telepon, air, listrik, membeli karcis, membeli bahan bakar, membeli bahan pokok operasi pasar dan sebagainya; asyik saja kita menikmati pasar-pasar kumuh dan kotor, saluran-saluran air yang tersumbat hingga menyebabkan banjir, kali-kali yang menyebarkan bau tidak sedap, bahkan tidak peduli lagi apakah makanan dan minuman yang kita konsumsi mengandung bahan yang beracun atau tidak. Dan masih banyak lagi ketidaknyamanan yang sudah kita tidak rasakan lagi. Dan akhirnya hampir kita tidak pernah mengeluh (mati rasa) atas semua ketidaknyamanan yang menjadi keseharian kita.

Selasa, 03 April 2012

Cerita Menjelang Kenaikan BBM

Dua hari menjelang pengumuman kenaikan BBM oleh pemerintah, saya mengisi Bensin Pertamax  untuk kendaraan roda dua saya. Bahan Bakar yang jarang-jarang saya beli karena harganya dua kali harga premium. "Mungkin hari ini saya terakhir mengisi bensin pertamax, yang mungkin tidak bisa saya beli lagi, jika BBM jadi naik". Tapi saya tidak mau berpusing-pusing dengan urusan BBM, karena pekerjaan dan kesibukan sudah membuat saya tidak bisa berpikir banyak tentang BBM. Akhirnya 90 persen saya titipkan untuk teman-teman yang menginginkan BBM tidak naik, dan 10 persen saya titipkan untuk teman-teman yang menginginkan BBM naik. Walaupun akhirnya BBM tidak naik, saya menarik kesimpulan : "kalau pemerintahnya pintar, BBM di lain waktu tidak akan naik, dan kalau mahasiswanya pintar, tidak akan ada demo-demo yang merusak"